Apakah anda menyadari kalau animasi kartun di dunia perfilman Indonesia sekarang berkurang dan terbilang sedikit ? Kalau saya sendiri sih sudah menyadari itu. Lalu apakah anda tahu mengapa animasi kartun Indonesia di ganti dengan sinetron, gossip dan konser musik anak-anak alay ? Semua ini karena larangan dari KPI (komisi penyiaran Indonesia) yang menganggap jika kartun atau anime itu tidak layak disaksikan oleh anak kecil karena mengandung beberapa alasan tertentu.
Nah, kali ini saya akan membahas tentang dunia perfilman kartun dan anime di Indonesia menjadi sedikit. Berikut ini adalah alasan yang diberikan oleh KPI tentang film animasi kartun. Silahkan disimak.
1. Tidak Layak Menjadi Tayangan Bagi Anak-Anak
Anime Jepang cukup sukses di Indonesia dan itu terbukti dari adanya cosplayer dan acara khusus untuk mengenal budaya Jepang di Indonesia. Tetapi budaya dan acara tersebut tidak sesukses perfilmannya, hal ini dikarenakan Jepang banyak memproduksi animasi yang mengandung kekerasan dan sedikit tindakan tidak senonoh (seperti Crayon Shinchan). Maka dari itu saat ini sudah jarang animasi kartun yang tembus dari Lembaga Sensor Indonesia.
2. Pengeluaran Pajak Yang Mahal
Perlu kamu ketahui kalau untuk membeli lisensi anime Jepang itu tidak murah. Untuk satu episode animasi saja dibandrol dengan harga 11.000.000 yen atau setara dengan 1,2 Milliar rupiah. Anime Jepang dibandrol dengan mahal karenakan pengerjaannya animasi terbilang masih tradisional dan manual alias masih murni buatan manusia, berbeda dengan kartun Amerika Serikat yang pembuatannya desainnya langsung menggunakan komputer. Karena lisensi yang mahal itu membuat KPI dan perusahaan televisi prabayar hanya membeli dan menayangkan film kartun yang masuk kategori jadul atau lawas. Animasi Jepang yang sudah jadul itu lebih murah lisensinya ketimbang yang baru muncul di publik. Semua ini dilakukan KPI agar mendapatkan film yang bermutu dan murah, sehingga mendapatkan untung yang setimpal.
3. Pergantian Tren Dari Jaman ke Jaman
Setiap manusia pasti akan selalu mengikuti tren terbaru dari jaman ke jaman. Sama halnya di dunia perfilman. Jika dulu animasi Jepang masih populer dan dilengkapi dengan cosplayer dan acara budaya Jepang di Indonesia. Kini adalah jaman dimana setiap orang menyukai budaya Korea Selatan atau yang dikenal dengan Demam Korea (Korean Wave). Apabila seorang Otaku (sebutan bagi pecinta anime Jepang) mengobrol dengan orang yang menyukai Korea dapat dipastikan tidak akan nyambung, kecuali jika mereka berdua sama-sama menyukai Jepang dan Korea. Sebenarnya budaya dan perfilman Jepang dan Korea itu sama saja, masih sama-sama menyangkut tentang kehidupan sehari-hari kita. Bedanya hanya secara visual saja. Satu hal penting yang perlu kalian ketahui adalah harga film Drama Korea itu lebih mahal dari Animasi Jepang.
0 comments:
Post a Comment